Sejarah Ki Gede Weru atau Ki Gede Plered pada masa Wali Songo menjadi
kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Plered atau keturunannya. Segala
sifat, tingkah laku sampi titah amanat beliau pada masa dahulu kala.
Masih terus dipegang dan dilestarikan oleh masyarakat sekitar sampai
sekarang ini. Juga dimasa hidupnya, beliau telah mencapai derajat auliya
dan pernah berguru kebeberapa Waliyullah Kamil. Seperti, Kanjeng Sunan
Syekh Siti Jenar, Eyang Embah Cakra Buana, Kanjeng Kaulo Sunan Kali Jaga
dan yang terakhir kepada kanjeng sunan gunung Jati Purba.
Pada
masa akan hayatnya, beliau dikaruniai seorang putra tampan bernama,
Pangeran Anom Weru yang kini kuburannya berada didusun Kaliandul,
beginilah simakannya. Dimasa muda Ki Gede Weru, beliau pernah jatuh
cinta pada seorang dara cantik jelita asal Dusun Kaliandul yang bernama
NYAI MAS RATU AYU RARA KEMUNING. Gadis ayu rupawan serta sakti mandra
guna yang menjadi perebutan para kaum Adam, sehingga Ki Gede Weru
sendiri tergila-gila dibuatnya.
Memang dimasa itu, hanya Ki Gede
Weru yang diterima akan cintanya oleh Sang Rara Kemuning,. Namun,
sebelum semua terjalin secara syah sebagai suami istri, Rara Kemuning
keburu meninggal dunia. Atas permohonan serta besarnya cinta Ki Gede
Weru, akhirnya Nyai Rara Kemuning dikuburkan didaerah asal Ki Gede
Plered, yaitu Desa Weru.
Kini makannya masih terawat rapih dan
sangat dimulyakan oleh semua masyarakat Weru khususnya, sebagai suatu
penghormatan tentunya. Dan sebelum Ki Gede Weru dipanggil ke Rahmatulloh
beliau sempat menikah dan mempunyai seorang putra yang bernama Pangeran
Anom Weru, Ki Gede weru sendiri di makamkan di areal pekuburan para ki
gede lainnya, yaitu, di Gunung Sembung atau makamnya Sunan Gunung Jati
Cirebon.
Pangeran Anom Weru akhirnya menggantikan kedudukan
ayahandanya menjadi panggeden atau pengayom rakyat Plered, beliau juga
rupanya sudah tahu tentang kisah perjalanan ayahandanya yang sangat
mencintai Nyai Mas Ratu Rara Kemuning. Sehingga sebelum beliau meninggal
dunia. Pangeran Anom Weru berpesan pada seluruh rakyat Plered. Bahwa
"Jikalau aku meninggal nanti, kuburkanlah aku didaerah Kaliandul".
Kini
legenda itu masih sangat melekat dihati kedua masyarakat yang menukar
makam Ki Gede masing-masing, dan sebagai adat atau tradisi yang tidak
bisa dihilangkan sampai kini. Kedua belah pihak, khususnya laki-laki
dari Weru dan perempuannya dari Kaliandul tidak boleh saling mengikat
cinta atau menjalin sebuah mahligai keluarga.
Untuk bercerita
tentang mistik tentunya kita sudah paham betul, Sebab dimana ada makam
keramat atau makamnya para orang zaman dahulu atau para waliyulloh pasti
akan selalu dijaga oleh para gaib atau khodam yang menjaganya. Sama
halnya dengan makam Keramat Pangeran Anom Weru sendiri.
Pada
malam-malam tertentu, makam itu sering menyala seiring datangnya cahaya
dari langi. Bahkan masyarakat setempat sudah tak merasa aneh dengan
berbagai hal mistik seperti itu. Hampir setiap malam Jum’at atau Selasa
Kliwon, areal tersebut sering dijadikan ajang perburuan benda pusaka.
Entah kabar dari siapa, mereka saling berdatangan dari berbagai penjuru
pelosok desa untuk mengadu nasib. Konon dari cerita mereka, berbagai
benda pusaka ada diareal itu. Seperti, Merah Delima, Stambul, Blue
Shapire, Pedang Naga Puspa, Cupu Manik Astagina, Emas batangan dan
lain-lain.
Bahkan pernah pula, Almarhum Ki Soleh Gerujar demikian
"Wong iki tempat kabeh pusaka lan gembonge demit, sapa entuk iji wae,
wong iku bakal mulyo, senejen urip ora duwe, lan dadi jaya kelawan waktu
kang parek". Kurang lebih artinya : "ini tempat basisnya pusaka dan
basisnya para dedemit, siapa saja yang mendapat satu dari pusaka
Pangeran Anom Weru. Niscaya orang tersebut bakal mulia hidupnya walau
orang itu tadinya tidak punya sama sekali".
Seperti belum lama
ini terjadi, seorang pemuda bernama Moh Ali. Saat beliau lewat dan tanpa
disengaja sebelumnya, seberkas cahaya hijau terang muncul di tengah
pesarean pangeran Anom Weru ,konon katanya, di tengah cahaya tersebut
ada pedang putih yang memancarkan cahaya hijau, mungkin dari pedang
itulah cahaya itu keluar.
Juga yang dialami bapak Rosikin dan
kawan-kawan. Pada saat dzikir bersama sedang digelar, tiba-tiba tanah
yang mereka duduki bergetar hebat, spontan orang yang hadir disitu
berdiri semua dan dianggapnya akan ada gempa, namun sebelum mereka
beramburan lari, dari tengah pesarean keluar sebuah pedang samurai
kuning yang mengeluarkan cahaya putih menyilaukan mata. Juga pada tahun
1988 silam, guruku yang bernama Habib Husein Annawawi Al Adzmatul khon
punya cerita tersendiri.
Saat beliau belum menikah dan masih
hidup satu rumah dengan ibundanya yang memang rumahnya disamping areal
pesarean Pangeran Anom Weru, pada waktu itu, Habib Annawawi sedang
kedudukan derajat mahbub (hanya ingat Allah SWT semata ) beliau sering
didatangi penunggu tempat keramat tersebut. Bahkan banyak pula diantara
mereka yang ingin ikut kepadanya, seperti Khodam Merah Delima, Keris
Pandawa yang terbuat dari emas murni, burung Perkutut petung yang setiap
membuang kotoran akan berubah menjadi emas dan lain-lain.
Mungkin
bagi seorang yang sedang jatuh cinta kepada sang khalik, semua benda
bertuah seperti itu tidak ada harganya sama sekali, bahkan sa’at kami
menanyakan seputar pusaka dari pesarean Pangeran Anom Weru, beliau hanya
menjawab "semua sudah ku buang jauh-jauh ,katanya". Karena
sesungguhnya, bercinta dengan keagungan Allah SWT, itu lebih nikmat dari
segalanya.
Memang kehidupan itu penuh misteri, disisi lain
orang-orang memburu berbagai benda pusaka yang dianggap mumpuni, tapi
bagi sang Habib sendiri, benda-benda seperti itu bagai batu kerikil yang
tidak mempunyai Faedah sama sekali. Begitulah kisah hidup, hanya saja
saat kami menyelidik tentang keberadaan batu Merah Delima yang pernah
dipegang oleh Habib Annawawi, beliau hanya berucap "itu batu, kutaruh
disumur dekat areal pesarean", terang beliau.
Untuk pembuktian
yang lebih akurat tentang kekeramatan makam Pangeran Anom Weu. Kami
bersama para santri Jamu’ul Ijazah sengaja ritual diareal pemakaman
tersebut. Malam itu kami ritual bersama, memohon petunjuk tentang
keberadaan pusaka bertarap Merah Delima atau sejenisnya. Namun dalam
kontak batin kami tak menemukan jalan keluar, hingga malam kedua jawaban
pun sama. Baru menginjak malam ketiga, kami mendapat suatu isyaroh.
Bahwa, batu Merah Delima bisa diambil dengan satu syarat : Orang itu
mampu puasa selama 21 hari lepas, tidak makan dan minum ditempat
tersebut dan sebagai alat penariknya, bangsa gaib meminta disediakan
berbagai sarana, seperti : kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit,
kayu cendana, buhur sulthon, kemenyan Arab, afel jien dan minyak foniba
salwa.
Sungguh pekerjaan yang sangat berat dan melelahkan
tentunya. Akhirnya malam itu kami bersama, pulang dalam kegagalan
membawa salah satu pusaka Pangeran Anom Weru. Baru pada malam rabo pon
atau hari khosois bagi para ahli hikmah, kami bersama yang lain datang
kembali dengan berbagai sarana yang kami bawa, seperti, minyak Saiyidina
Ali, cendana merah, madat tengkorak dan sarana lainnnya.
Setelah
semua sarana kusiapkan dengan benar, kami pun mulai ritual dan tiga jam
kemudian dari atas terdengar ribuan lebah mendengung kearah kami.
Dengan satu isyaroh yang kuberikan pada mereka, semua langsung paham dan
mereka cepat merubah amalan yang tadi dibaca dengan amalan penakluk
gaib.suara-suara lebah mulai terdengar jelas dan kami semua paham betul,
bahwa suara itu berasal dari sebuah keris bukan batu atau yang lainnya.
Hingga 10 menit kemudian keris itu jatuh dan masuk dalam perut bumi,
kami semua mulai berdiri dan beramai-ramai membaca Asma’ penakluk gaib.
Tiba-tiba
keris itu keluar dan secepat kilat aku menangkapnya, setelah ku bacakan
do’a pengunci, keris itu akhirnya kubawa pulang dengan ditutup kain
putih dan sesampai dirumah kubuka penutupnya dan ternyata keris tersebut
mempunyai luk (9). Malam itu juga bersama para rekan, keris tersebut
kucuci dengan air kelapa hijau dan jeruk nipis agar pamor keris bisa
terlihat. Sebab biasanya, keris hasil tarikan atau sudah lama tidak
terurus. Keris itu akan berkarat dan menutupi semua pamor hingga sebilah
keris akan sulit terditeksi.
Baru setelah pencucian selesai,
pamor keris mulai tampak dan mempunyai urat rambut dengan besi keris
berwrna hitam legam, menurut ilmu perkerisan. Keris itu dibuat oleh Empu
Majapahit zaman dulu. Dalam ilmu tayuh, keris seperti itu terbuat dari
bahan besi werani yang mempunyai sifat angkuh dan tidak mau direndahkan,
kharismanya, dapat mencapai pangkat tinggi, kaya raya dan sukses dalam
pemerintahan. Begitulah sekilas dunia mistik yang selalu menjadi pro
kontra, diburu dan dijauhi. Itulah kehidupan manusia yang mempunyai
pasang surut.
Semoga dengan pengalaman seperti ini, kita semua menjadi orang yang kuat, tabah, sadar diri dan terus berusaha.
Sumber : Idris Nawawi
http://www.indospiritual.com/artikel_kisah-munculnya-pusaka-gaib.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar