Selasa, 02 April 2013

cerita ghaib munculnya sebuah keris

Sejarah Ki Gede Weru atau Ki Gede Plered pada masa Wali Songo menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Plered atau keturunannya. Segala sifat, tingkah laku sampi titah amanat beliau pada masa dahulu kala. Masih terus dipegang dan dilestarikan oleh masyarakat sekitar sampai sekarang ini. Juga dimasa hidupnya, beliau telah mencapai derajat auliya dan pernah berguru kebeberapa Waliyullah Kamil. Seperti, Kanjeng Sunan Syekh Siti Jenar, Eyang Embah Cakra Buana, Kanjeng Kaulo Sunan Kali Jaga dan yang terakhir kepada kanjeng sunan gunung Jati Purba.

Pada masa akan hayatnya, beliau dikaruniai seorang putra tampan bernama, Pangeran Anom Weru yang kini kuburannya berada didusun Kaliandul, beginilah simakannya. Dimasa muda Ki Gede Weru, beliau pernah jatuh cinta pada seorang dara cantik jelita asal Dusun Kaliandul yang bernama NYAI MAS RATU AYU RARA KEMUNING. Gadis ayu rupawan serta sakti mandra guna yang menjadi perebutan para kaum Adam, sehingga Ki Gede Weru sendiri tergila-gila dibuatnya.

Memang dimasa itu, hanya Ki Gede Weru yang diterima akan cintanya oleh Sang Rara Kemuning,. Namun, sebelum semua terjalin secara syah sebagai suami istri, Rara Kemuning keburu meninggal dunia. Atas permohonan serta besarnya cinta Ki Gede Weru, akhirnya Nyai Rara Kemuning dikuburkan didaerah asal Ki Gede Plered, yaitu Desa Weru.

Kini makannya masih terawat rapih dan sangat dimulyakan oleh semua masyarakat Weru khususnya, sebagai suatu penghormatan tentunya. Dan sebelum Ki Gede Weru dipanggil ke Rahmatulloh beliau sempat menikah dan mempunyai seorang putra yang bernama Pangeran Anom Weru, Ki Gede weru sendiri di makamkan di areal pekuburan para ki gede lainnya, yaitu, di Gunung Sembung atau makamnya Sunan Gunung Jati Cirebon.

Pangeran Anom Weru akhirnya menggantikan kedudukan ayahandanya menjadi panggeden atau pengayom rakyat Plered, beliau juga rupanya sudah tahu tentang kisah perjalanan ayahandanya yang sangat mencintai Nyai Mas Ratu Rara Kemuning. Sehingga sebelum beliau meninggal dunia. Pangeran Anom Weru berpesan pada seluruh rakyat Plered. Bahwa "Jikalau aku meninggal nanti, kuburkanlah aku didaerah Kaliandul".

Kini legenda itu masih sangat melekat dihati kedua masyarakat yang menukar makam Ki Gede masing-masing, dan sebagai adat atau tradisi yang tidak bisa dihilangkan sampai kini. Kedua belah pihak, khususnya laki-laki dari Weru dan perempuannya dari Kaliandul tidak boleh saling mengikat cinta atau menjalin sebuah mahligai keluarga.

Untuk bercerita tentang mistik tentunya kita sudah paham betul, Sebab dimana ada makam keramat atau makamnya para orang zaman dahulu atau para waliyulloh pasti akan selalu dijaga oleh para gaib atau khodam yang menjaganya. Sama halnya dengan makam Keramat Pangeran Anom Weru sendiri.

Pada malam-malam tertentu, makam itu sering menyala seiring datangnya cahaya dari langi. Bahkan masyarakat setempat sudah tak merasa aneh dengan berbagai hal mistik seperti itu. Hampir setiap malam Jum’at atau Selasa Kliwon, areal tersebut sering dijadikan ajang perburuan benda pusaka. Entah kabar dari siapa, mereka saling berdatangan dari berbagai penjuru pelosok desa untuk mengadu nasib. Konon dari cerita mereka, berbagai benda pusaka ada diareal itu. Seperti, Merah Delima, Stambul, Blue Shapire, Pedang Naga Puspa, Cupu Manik Astagina, Emas batangan dan lain-lain.

Bahkan pernah pula, Almarhum Ki Soleh Gerujar demikian "Wong iki tempat kabeh pusaka lan gembonge demit, sapa entuk iji wae, wong iku bakal mulyo, senejen urip ora duwe, lan dadi jaya kelawan waktu kang parek". Kurang lebih artinya : "ini tempat basisnya pusaka dan basisnya para dedemit, siapa saja yang mendapat satu dari pusaka Pangeran Anom Weru. Niscaya orang tersebut bakal mulia hidupnya walau orang itu tadinya tidak punya sama sekali".

Seperti belum lama ini terjadi, seorang pemuda bernama Moh Ali. Saat beliau lewat dan tanpa disengaja sebelumnya, seberkas cahaya hijau terang muncul di tengah pesarean pangeran Anom Weru ,konon katanya, di tengah cahaya tersebut ada pedang putih yang memancarkan cahaya hijau, mungkin dari pedang itulah cahaya itu keluar.

Juga yang dialami bapak Rosikin dan kawan-kawan. Pada saat dzikir bersama sedang digelar, tiba-tiba tanah yang mereka duduki bergetar hebat, spontan orang yang hadir disitu berdiri semua dan dianggapnya akan ada gempa, namun sebelum mereka beramburan lari, dari tengah pesarean keluar sebuah pedang samurai kuning yang mengeluarkan cahaya putih menyilaukan mata. Juga pada tahun 1988 silam, guruku yang bernama Habib Husein Annawawi Al Adzmatul khon punya cerita tersendiri.

Saat beliau belum menikah dan masih hidup satu rumah dengan ibundanya yang memang rumahnya disamping areal pesarean Pangeran Anom Weru, pada waktu itu, Habib Annawawi sedang kedudukan derajat mahbub (hanya ingat Allah SWT semata ) beliau sering didatangi penunggu tempat keramat tersebut. Bahkan banyak pula diantara mereka yang ingin ikut kepadanya, seperti Khodam Merah Delima, Keris Pandawa yang terbuat dari emas murni, burung Perkutut petung yang setiap membuang kotoran akan berubah menjadi emas dan lain-lain.

Mungkin bagi seorang yang sedang jatuh cinta kepada sang khalik, semua benda bertuah seperti itu tidak ada harganya sama sekali, bahkan sa’at kami menanyakan seputar pusaka dari pesarean Pangeran Anom Weru, beliau hanya menjawab "semua sudah ku buang jauh-jauh ,katanya". Karena sesungguhnya, bercinta dengan keagungan Allah SWT, itu lebih nikmat dari segalanya.

Memang kehidupan itu penuh misteri, disisi lain orang-orang memburu berbagai benda pusaka yang dianggap mumpuni, tapi bagi sang Habib sendiri, benda-benda seperti itu bagai batu kerikil yang tidak mempunyai Faedah sama sekali. Begitulah kisah hidup, hanya saja saat kami menyelidik tentang keberadaan batu Merah Delima yang pernah dipegang oleh Habib Annawawi, beliau hanya berucap "itu batu, kutaruh disumur dekat areal pesarean", terang beliau.

Untuk pembuktian yang lebih akurat tentang kekeramatan makam Pangeran Anom Weu. Kami bersama para santri Jamu’ul Ijazah sengaja ritual diareal pemakaman tersebut. Malam itu kami ritual bersama, memohon petunjuk tentang keberadaan pusaka bertarap Merah Delima atau sejenisnya. Namun dalam kontak batin kami tak menemukan jalan keluar, hingga malam kedua jawaban pun sama. Baru menginjak malam ketiga, kami mendapat suatu isyaroh. Bahwa, batu Merah Delima bisa diambil dengan satu syarat : Orang itu mampu puasa selama 21 hari lepas, tidak makan dan minum ditempat tersebut dan sebagai alat penariknya, bangsa gaib meminta disediakan berbagai sarana, seperti : kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, kayu cendana, buhur sulthon, kemenyan Arab, afel jien dan minyak foniba salwa.

Sungguh pekerjaan yang sangat berat dan melelahkan tentunya. Akhirnya malam itu kami bersama, pulang dalam kegagalan membawa salah satu pusaka Pangeran Anom Weru. Baru pada malam rabo pon atau hari khosois bagi para ahli hikmah, kami bersama yang lain datang kembali dengan berbagai sarana yang kami bawa, seperti, minyak Saiyidina Ali, cendana merah, madat tengkorak dan sarana lainnnya.

Setelah semua sarana kusiapkan dengan benar, kami pun mulai ritual dan tiga jam kemudian dari atas terdengar ribuan lebah mendengung kearah kami. Dengan satu isyaroh yang kuberikan pada mereka, semua langsung paham dan mereka cepat merubah amalan yang tadi dibaca dengan amalan penakluk gaib.suara-suara lebah mulai terdengar jelas dan kami semua paham betul, bahwa suara itu berasal dari sebuah keris bukan batu atau yang lainnya. Hingga 10 menit kemudian keris itu jatuh dan masuk dalam perut bumi, kami semua mulai berdiri dan beramai-ramai membaca Asma’ penakluk gaib.

Tiba-tiba keris itu keluar dan secepat kilat aku menangkapnya, setelah ku bacakan do’a pengunci, keris itu akhirnya kubawa pulang dengan ditutup kain putih dan sesampai dirumah kubuka penutupnya dan ternyata keris tersebut mempunyai luk (9). Malam itu juga bersama para rekan, keris tersebut kucuci dengan air kelapa hijau dan jeruk nipis agar pamor keris bisa terlihat. Sebab biasanya, keris hasil tarikan atau sudah lama tidak terurus. Keris itu akan berkarat dan menutupi semua pamor hingga sebilah keris akan sulit terditeksi.

Baru setelah pencucian selesai, pamor keris mulai tampak dan mempunyai urat rambut dengan besi keris berwrna hitam legam, menurut ilmu perkerisan. Keris itu dibuat oleh Empu Majapahit zaman dulu. Dalam ilmu tayuh, keris seperti itu terbuat dari bahan besi werani yang mempunyai sifat angkuh dan tidak mau direndahkan, kharismanya, dapat mencapai pangkat tinggi, kaya raya dan sukses dalam pemerintahan. Begitulah sekilas dunia mistik yang selalu menjadi pro kontra, diburu dan dijauhi. Itulah kehidupan manusia yang mempunyai pasang surut.

Semoga dengan pengalaman seperti ini, kita semua menjadi orang yang kuat, tabah, sadar diri dan terus berusaha.

Sumber : Idris Nawawi
http://www.indospiritual.com/artikel_kisah-munculnya-pusaka-gaib.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar